sulsellima.com Bulukumba - Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Fisik (BRSPDF) Wirajaya di Makassar kembali memberikan bantuan program di Kabupaten Bulukumba. Kali ini BRSPDF Wirajaya akan memberikan bantuan usaha ekonomi produktif kepada 44 warga penyandang disabilitas fisik yang ada di Kabupaten Bulukumba melalui Program Kemandirian Penyandang Disabilitas Fisik Berbasi Keluarga, Masyarakat dan Institusi. Tidak hanya bantuan diberikan kepada 44 warga disabilitas tersebut, namun juga akan diberikan pelatihan usaha.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala BRSPDF, Syaiful Samad saat pelaksanaan Focus Grup Discussion (FGD) sebagai upaya kolaborasi dan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan untuk terlibat dalam pelaksanaan program tersebut, Senin 9 Maret 2020 di Hotel Agri.
“Secara keseluruhan ada 176 orang disabilitas fisik usia produktif yang akan kami intervensi melalui program ini di empat lokasi, yaitu Kabupaten Bulukumba, Wajo, Kolaka dan Maluku Tengah. Setiap lokasi masing-masing 44 orang,” beber Syaiful.
Sebelum tahapan pelaksanaan intervensi, pihaknya lanjut Syaiful terlebih dahulu melakukan verifikasi data dan assesmen calon penerima pelayanan penguatan kemandirian penyandang disabilitas fisik. Adapun jenis usaha yang ditawarkan adalah bengkel otomotif, pertukangan kayu, ternak kambing, ternak ayam kampung, jualan campuran, jualan kue, dan usaha tabung gas.
Dijelaskannya bahwa BRSPDF telah melakukan penandatanganan kesepahaman dan kerjasama dengan pihak Pemerintah Kabupaten Bulukumba sebagai upaya mewujudkan Bulukumba sebagai kabupaten yang ramah disabilitas. “Makanya ini salah satu pertimbangan kami menjadikan Bulukumba sebagai lokasi program. Apalagi Bulukumba akan menjadi tuan rumah Temu Inklusi Nasional,” ungkapnya.
Sementara itu Wakil Bupati Bulukumba, Tomy Satria Yulianto yang membuka acara FGD, mengungkapkan bahwa untuk mendorong kemandirian dari para penyandang disabilitas, harus ada upaya konkrit, terencana dan terintegrasi dari berbagai pihak untuk mewujudkannya.
Tomy mengkritisi bahwa jika selama ini cara pandang kita kepada sahabat-sahabat disabilitas lebih banyak pada pemberian program secara karikatif (bantuan sementara yang diberikan karena faktor kasihan), sehingga ia berharap program yang akan dilakukan tersebut diarahkan untuk membangun kemandirian dalam tiga dimensi yaitu, keluarga, masyarakat dan lembaga.
Dikatakannya, bahwa cara pandang kita selama ini kepada penyandang disabilitas adalah perspektif kasihan, padahal mereka harus dipandang secara setara dengan warga lainnya. Sehingga program yang akan dilakukan tersebut adalah upaya untuk mengubah pandangan bahwa penyandang disabitas bukan orang-orang yang harus dikasihani, namun orang-orang yang memiliki kesempatan yang sama dan akses yang setara.
“Jadi output dari program ini tidak sifatnya pendek, tapi mendorong kemandirian secara berkelanjutan,” bebernya.
Untuk melaksanakan program tersebut, Tomy meminta OPD dan stakeholder yang terkait untuk terlibat aktif dan berkolaborasi dengan pihak BRSPDF selaku pelaksana program sehingga program ini kuat pada segi proses dan outcame. “Kita harapkan ada semacam kolaborasi dan kerjasama antara seluruh stakeholder, berbagi peran siapa melakukan apa terhadap para penerima program kemandirian ini,” pinta Tomy.
Selain OPD yang terkait, FGD yang dilaksanakan sehari ini dihadiri oleh Ketua Baznas Bulukumba, HM Yusuf Shandy, Dewan Penasehat PPDI, usta Ikhwan Bahar dan Andi Soraya Widyasari, serta perwakilan dari Bank BRI sebagai mitra dalam pelaksanaan program ini. (*)
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala BRSPDF, Syaiful Samad saat pelaksanaan Focus Grup Discussion (FGD) sebagai upaya kolaborasi dan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan untuk terlibat dalam pelaksanaan program tersebut, Senin 9 Maret 2020 di Hotel Agri.
“Secara keseluruhan ada 176 orang disabilitas fisik usia produktif yang akan kami intervensi melalui program ini di empat lokasi, yaitu Kabupaten Bulukumba, Wajo, Kolaka dan Maluku Tengah. Setiap lokasi masing-masing 44 orang,” beber Syaiful.
Sebelum tahapan pelaksanaan intervensi, pihaknya lanjut Syaiful terlebih dahulu melakukan verifikasi data dan assesmen calon penerima pelayanan penguatan kemandirian penyandang disabilitas fisik. Adapun jenis usaha yang ditawarkan adalah bengkel otomotif, pertukangan kayu, ternak kambing, ternak ayam kampung, jualan campuran, jualan kue, dan usaha tabung gas.
Dijelaskannya bahwa BRSPDF telah melakukan penandatanganan kesepahaman dan kerjasama dengan pihak Pemerintah Kabupaten Bulukumba sebagai upaya mewujudkan Bulukumba sebagai kabupaten yang ramah disabilitas. “Makanya ini salah satu pertimbangan kami menjadikan Bulukumba sebagai lokasi program. Apalagi Bulukumba akan menjadi tuan rumah Temu Inklusi Nasional,” ungkapnya.
Sementara itu Wakil Bupati Bulukumba, Tomy Satria Yulianto yang membuka acara FGD, mengungkapkan bahwa untuk mendorong kemandirian dari para penyandang disabilitas, harus ada upaya konkrit, terencana dan terintegrasi dari berbagai pihak untuk mewujudkannya.
Tomy mengkritisi bahwa jika selama ini cara pandang kita kepada sahabat-sahabat disabilitas lebih banyak pada pemberian program secara karikatif (bantuan sementara yang diberikan karena faktor kasihan), sehingga ia berharap program yang akan dilakukan tersebut diarahkan untuk membangun kemandirian dalam tiga dimensi yaitu, keluarga, masyarakat dan lembaga.
Dikatakannya, bahwa cara pandang kita selama ini kepada penyandang disabilitas adalah perspektif kasihan, padahal mereka harus dipandang secara setara dengan warga lainnya. Sehingga program yang akan dilakukan tersebut adalah upaya untuk mengubah pandangan bahwa penyandang disabitas bukan orang-orang yang harus dikasihani, namun orang-orang yang memiliki kesempatan yang sama dan akses yang setara.
“Jadi output dari program ini tidak sifatnya pendek, tapi mendorong kemandirian secara berkelanjutan,” bebernya.
Untuk melaksanakan program tersebut, Tomy meminta OPD dan stakeholder yang terkait untuk terlibat aktif dan berkolaborasi dengan pihak BRSPDF selaku pelaksana program sehingga program ini kuat pada segi proses dan outcame. “Kita harapkan ada semacam kolaborasi dan kerjasama antara seluruh stakeholder, berbagi peran siapa melakukan apa terhadap para penerima program kemandirian ini,” pinta Tomy.
Selain OPD yang terkait, FGD yang dilaksanakan sehari ini dihadiri oleh Ketua Baznas Bulukumba, HM Yusuf Shandy, Dewan Penasehat PPDI, usta Ikhwan Bahar dan Andi Soraya Widyasari, serta perwakilan dari Bank BRI sebagai mitra dalam pelaksanaan program ini. (*)