Sebelum kunjungan lokasi bertemu dengan peternak di Bulukumba, Sri Tohl melakukan presentasi di hadapan Bupati dan Wakil Bupati serta Dinas Peternakan dan Dinas Tanaman Pangan, di Pendopo Rujab Bupati Bulukumba, Rabu malam, 14 Juli 2021.
Menurutnya kunjungannya memiliki tantangan tersendiri karena saat ini masih situasi pandemi Covid-19. Namun karena semangatnya ingin memperlihatkan bahwa Bulukumba bisa menjadi contoh pengembangan ternak sapi.
“Olehnya itu kami berharap Bulukumba nanti menjadi bukti nyata kerjasama dengan kami ke depan,” tutur perempuan asal Sulawesi Selatan yang tinggal di Australia.
Berternak kata, Sri adalah mata pencaharian. Namun dibandingkan Australia dengan Indonesia sangat bertolak belakang. Contohnya jika di Australia ternaknya dilepas sedangkan kita di Indonesia rata-rata dikandangkan.
Padahal kelebihan ternak yang dilepas adalah peternak yang mengatur ternaknya, bukan ternak yang mengatur peternaknya, dalam arti bukan kita yang datang memberikan makanan dan minuman kepada ternak.
“Sebaliknya jika ternak itu dikandangkan, kita begitu repot datang pagi, siang, malam untuk mengontrol dan waktu kita habis setiap hari untuk melihatnya,” tambahnya.(*)
Terkait pemilihan jenis sapi apa yang diternakkan, Sri memberikan saran agar sapi yang dipilih adalah jenis sapi yang cocok dengan kondisi air dan udara yang ada di Kabupaten Bulukumba. Tidak perlu ikut-ikutan memelihari jenis sapi yang ada di daerah lain, jika pakannya tidak tersedia atau terbatas di daerah ini.
Meski lahan atau hamparan di Bulukumba tidak seluas di Australia, Sri Tohl berharap ada eberapa area yang nantinya dijadikan percontohan bagaimana berternak tanpa kandang.
“Mudah-mudahan nanti kami bisa kembangkan dan memberikan edukasi, saling bertukar pemikiran dan pengalaman supaya sektor peternakan kita lebih baik dan lebih maju lagi,” pintanya.
Sementara itu Bupati Muchtar Ali Yusuf mengemukakan kebiasaan mengandangkan ternak sapi di daerah ini karena faktor keamanan. Jika ternak sapi di lepas, kadang sapi tersebut naik mobil Avansa (baca : dicuri).
Selain faktor keamanan yang akan menjadi perhatian, perubahan mindset kepada peternak juga menjadi penting. Jika selama ini berternak sapi hanya pekerjaan sampingan, maka saatnya berternak sapi itu dijadikan mata pencaharian utama. Syaratnya, harus bersungguh-sungguh menjadi peternak, harus menguasai ilmu dan teknik berternaknya.
Ia mengaku heran, petani atau peternak kita kebanyakan belum sejahtera, padahal potensi alam untuk berternak sangat bagus. “Peternak di Jepang itu hidupnya mewah padahal lahan mereka terbatas,” ucapnya.
Olehnya itu dengan kehadiran Bu Sri, lanjutnya untuk memberikan edukasi dan sharing pengalaman dalam berternak serta menjajaki prospek kerjasama ke depan.
Hari kedua di Bulukumba, Sri Tohl didampingi Dinas Peternakan Bulukumba melakukan kunjungan di lapangan bertemu dengan para peternak di Kecamatan Bontotiro dan meninjau lokasi yang cocok untuk peternakan sapi di Kecamatan Rilau Ale.
Untuk diketahui total populasi ternak sapi di Bulukumba sebanyak 76.798 ekor yang jumlahnya tersebar di beberapa kecamatan terbesar yaitu Bulukumpa, Ujungloe, Kajang, Gantarang dan Rilau Ale.(*)