Pasalnya, masyarakat dikampung Jammeng hingga kini masih hidup ditengah berbagai keterbatasan. Warga kampung Jammeng belum pernah menikmati yang namanya listrik negara dan belum terjangkau sinyal telepon dan internet.
Sebagai kampung yang belum teraliri listrik PLN seperti daerah lainnya, selama ini warga jammeng hanya mengandalkan penerangan seadanya. Saat malam hari, mereka menggunakan lilin dan lampu teplok atau lanpu tenaga surya, namun itu pun terbatas.
Rudi Hartono selaku kepala dusun jammeng menuturkan bahwa Janji pemerintah untuk memberi penerangan yang layak kepada masyarakat kampung Jammeng hingga saat ini belum terealisasi.
“Di kampung kami ini tidak pernah ada listrik yang namanya PLN. Kalau malam hari anak-anak sekolah tidak bisa belajar dengan baik karna hanya menggunakan penerangan seadanya. Internet dan jaringan telepon juga tidak ada,” kata Kepala Dusun Jammeng, Selasa (17/8/2021).
Selain persoalan listrik dan sinyal telepon, tingkat pendidikan di kampung Jammeng ini juga jauh tertinggal. Letak wilayahnya yang bisa dibilang terpencil membuat angka putus sekolah masih tinggi.
Di kampung yang dihuni sekitar 80 kepala keluarga tersebut, banyak siswa memilih tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA. Faktor ekonomi menjadi salah satu penyebabnya.
Akses jalan dari kampung Jammeng ke pusat kota juga dirasakan sulit oleh warga. Mereka terlebih dulu harus melalui jalan yang cukup terjal melewati perbukitan.
“Anak-anak sekolah kami hanya bisa sampai di SMP karna untuk akses ke kota itu jauh, kemudian keterbatasan ekonomi juga sehingga mereka kebanyakan tidak bisa menempuh jenjang sekolah yang lebih tinggi,” lanjut Rudi.
Kampung Jammeng memang membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah. Terlebih, Dusun yang berjarak sekitar 20 kilometer dari pusat ibu kota Kabupaten itu pernah dinobatkan sebagai daerah wisata pada 16 Oktober 2003 silam.
“Kami memohon kepada Bapak Presiden Jokowi, tolong bantu kampung kami untuk penerangan PLN dan sinyal telepon,” tutup Rudi.(Tim)