Di sesi terakhir kunjungannya di Sinjai ini, Gubernur bersama rombongan dijamu makan malam di kediaman Bupati Bulukumba Andi Muchtar Ali Yusuf yang berada di sekitar kawasan Pelabuhan Larea Rea Sinjai.
Turut hadir dalam perjamuan itu, Penjabat Bupati Sinjai TR Fahsul Falah dan Penjabat Bupati Bantaeng Andi Abubakar. Usai perjamuan Gubernur dan rombongan berbincang santai di anjungan dermaga kapal milik Bupati Muchtar Ali Yusuf yang akrab disapa Andi Utta
Pada pertemuan terbatas tersebut, tampak Andi Utta menjelaskan pengalamannya mengelola rumpon dan bibit unggul.
Andi Utta mengatakan sejak awal pemerintahannya, ia sudah fokus pada program ketahanan pangan yang merupakan program unggulannya, baik itu program bibit unggul maupun program rumpon di laut.
Gerakan menanam di lahan kosong atau pekarangan rumah dan lahan sekolah juga terus dilakukan, baik itu tanaman jangka pendek, menengah maupun tanaman jangka panjang.
Dua tahun terakhir program bibit unggul gencar dilaksanakan dengan membagikan bibit unggul kepada masyarakat. Anggaran bibit unggul berasal dari APBD, dana desa maupun dari dana Coorporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan. Begitu pula program rumpon juga telah dianggarkan di APBD setiap tahunnya.
Andi Utta mengaku semakin termotivasi oleh karena Pj Gubernur Sulawesi Selatan Bahtiar Baharuddin saat ini menjadikan ketahanan dan kedaulatan pangan menjadi salah satu dari 8 (delapan) program prioritas Pemerintah Provinsi.
Sama dengan harapan Pj Gubernur, Andi Utta berharap ada sinergi kabupaten kota di Sulawesi Selatan dalam mendukung program ketahanan pangan ini.
"Selain meningkatkan pendapatan masyarakat, tentu program ketahanan pangan ini juga menjadi penopang dalam menekan laju inflasi," imbuhnya.
Untuk diketahui, saat ini Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan di bawah nahkoda Pj Gubernur Bahtiar Baharuddin tengah mempersiapkan dan mendorong program ketahanan pangan.
Dua gebrakan kebijakan yang dilakukan untuk mengatasi kemiskinan, inflasi, dan memperkuat ketahanan pangan, yaitu Gerakan Budidaya Pisang dan Pengembangan Rumpon Secara Massal.
Sebelumnya Bahtiar menjelaskan, Gerakan Budidaya Pisang dan Pengembangan Rumpon Secara Massal, menjadi dua solusi sederhana dan cepat untuk meningkatkan daya beli masyarakat, mengatasi kemiskinan, mengendalikan inflasi, memperkuat ketahanan pangan, dan mewujudkan kedaulatan pangan.
"Pengembangan budidaya pisang seluas 500 ribu hektar. Jika per hektar minimal 2.000 ribu pohon, maka akan ada satu miliar pohon pisang di Sulsel," kata Bahtiar.
Jika di Sulsel berhasil dikembangkan budidaya pisang hingga 500 ribu hektar, kata Bahtiar, maka Sulsel bisa mengalahkan Davao, Philipina, yang hanya memiliki 450 ribu hektar tanaman pisang.
"Sulsel bahkan punya potensi dua juta hektare lahan tidak produktif yang bisa ditanami. Satu tahun ke depan, hingga 2024 mendatang, minimal kita budidaya pisang di 100 ribu hektar lahan," ungkapnya.
Terkait pengembangan rumpon secara massal, lanjut Bahtiar, ditargetkan 500 ribu unit rumpon terbangun di perairan Selat Makassar dan Teluk Bone. Satu tahun ke depan, ditargetkan terpasang minimal 100 ribu unit rumpon.
"Dengan program tersebut, Sulsel akan menjadi produsen ikan laut terbesar mengalahkan Thailand," terangnya.
Ia menambahkan, pihak swasta, perbankan, KUR, dan Dana Desa bisa diarahkan untuk mendukung pembiayaan pembangunan rumpon secara massal. Sebagai gambaran, rumpon laut dalam seharga Rp35 jutaan, dan rumpon laut dangkal Rp10 jutaan per unit.
"Rumpon atau rumah ikan akan menumbuhkan plankton secara alamiah. Jika ada plankton yang banyak, maka akan berkembang ikan-ikan kecil. Jika ikan-ikan kecil banyak, maka otomatis ikan-ikan besar akan datang dalam jumlah banyak," kata Bahtiar.(*)