Etalase Umum Festival 2024 |
Sejumlah lomba diadakan dalam rangkaian acara tersebut, meliputi kompetisi menyanyi, fashion show, rias pengantin, dan lomba mewarnai. Bagi para peserta, kemenangan dalam lomba tersebut seharusnya berarti apresiasi berupa hadiah. Namun, kenyataannya, pemenang hanya menerima voucher kopi—jauh dari nilai hadiah uang tunai yang semula dijanjikan oleh penyelenggara.
"Kami kecewa karena hadiah yang dijanjikan tidak diberikan. Piala dan piagam pun tidak ada, hanya voucher kopi," ungkap salah satu peserta yang enggan disebutkan namanya, menggambarkan kekecewaan yang mendalam di kalangan peserta.
Kekecewaan tersebut semakin parah ketika muncul klaim bahwa dana untuk hadiah sebenarnya tidak pernah ada. Pak Alam, yang disebut-sebut sebagai penyelenggara lomba, mengklaim bahwa dana tersebut hilang setelah dibawa kabur oleh salah satu oknum panitia.
"Tidak ada dana yang saya pegang, Uangnya dibawa lari oleh salah satu oknum panitia. Tabe, ini kegiatan swadaya murni; pemkab hanya memberikan izin untuk kegiatan ini."tegas Pak Alam.
Namun, banyak pihak mempertanyakan kejelasan mengenai sumber dana acara tersebut. Menurut beberapa informasi, acara tersebut mendapatkan izin dari pemerintah dan dukungan dari sponsor. Keadaan ters menimbulkan tanda tanya besar tentang transparansi pengelolaan dana dalam acara tersebut.
Haryanti Diriga, seorang pengamat acara di Bulukumba, menilai situasi ini sebagai tanda lemahnya manajemen acara.
"Persiapan yang matang dan perhitungan yang cermat sangat penting dalam penyelenggaraan event. Janji manis jangan sampai hanya menjadi mimpi kosong," ujar Haryanti.
Para peserta yang telah mengorbankan waktu dan tenaga, bahkan berlatih hingga larut malam, kini merasa dibohongi. Beberapa dari mereka mempertanyakan, mengapa acara tetap berjalan jika tidak ada dana untuk hadiah? Mengapa panggung besar tetap dibangun jika anggaran tidak mencukupi?
"Kami sudah menemui Pak Alam untuk menanyakan hadiah, tetapi dia hanya bengong," kata seorang peserta.
Kejadian terut telah memicu kemarahan dan frustrasi di kalangan masyarakat Bulukumba. Banyak yang berpendapat bahwa ketidakprofesionalan semacam ini dapat merusak reputasi daerah yang sedang berusaha untuk maju.
Para pengamat dan warga berharap agar kejadian tersebut menjadi pelajaran bagi semua pihak agar ke depan penyelenggaraan acara di Bulukumba bisa lebih baik dan profesional.
"Ini bukan karena Etalase UMKM naungannya Pak Wakil Bulukumba, tetapi terkait kegiatan yang diselenggarakan," jelas salah satu sumber yang tidak ingin disebutkan namanya,
menunjukkan bahwa ketidakpuasan tidak hanya terbatas pada para peserta, tetapi juga melibatkan persepsi publik terhadap kualitas penyelenggaraan acara di daerah tersebut. (Muh Yunus).