SELAYAR, SULSELLIMA.COM - Warga Desa Appatanah, Kecamatan Bontosikuyu, Kabupaten Kepulauan Selayar, tengah menghadapi krisis air bersih yang kian memburuk. Sumber mata air dari gunung yang selama ini diandalkan oleh masyarakat setempat telah mengalami penurunan debit secara signifikan akibat kemarau panjang.
Kepala Desa Appatanah, Mirzan, mengungkapkan bahwa krisis air bersih telah telah menyebabkan antrian panjang warga yang berusaha mendapatkan pasokan air bersih.
“Selain kemarau panjang, ada pohon besar yang tumbang dan merusak bak penyalur, sehingga aliran air ke desa semakin terbatas,” ujarnya pada Sabtu (21/9/24).
Mirzan menambahkan bahwa sumber mata air di desanya dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdesa), dan warga dibebankan biaya sebesar Rp10 ribu per bulan untuk pemeliharaan. Namun, saat ini sumber air tersebut tidak mencukupi kebutuhan warga sehari-hari.
Menghadapi situasi yang semakin sulit, pihak desa telah mengirim surat permohonan bantuan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
"Kami sudah bersurat ke BPBD untuk meminta suplai air bersih. Sekretaris BPBD telah merespon, dan kemungkinan hari ini akan ada pengiriman air ke desa," jelas Mirzan.
Sementara itu, Syamsul, salah seorang warga, mengaku harus menempuh jarak jauh untuk mendapatkan air bersih. Ia terpaksa menggunakan kapal kayu tradisional, joloro, untuk membawa air dari Desa Bahuluang.
"Biasanya kami hanya mengandalkan mata air dari Bone Tappalang untuk keperluan sehari-hari," katanya.
Krisis air bersih tersebut menambah daftar panjang tantangan yang dihadapi masyarakat pedesaan di Indonesia, terutama di wilayah-wilayah terpencil, dalam mengakses kebutuhan dasar seperti air bersih.***